Senin, 20 Juni 2016

Sejarah Candi Losari

Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Rakai Sumba berakhir dengan tiba-tiba. Hal itu disebabkan letusan Gunungapi Merapi yang terhebat sepanjang sejarahnya. Akibat letusan gunung tersebut,  daerah di sekitar terkena lahar dingin, sehingga permukaan tanah semakin tinggi dan mengubur situs Candi Losari. Tanggal 8 Januari - 1 Februari 2007, Balai Arkeologi Yogyakarta bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi FIB UGM, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, dan Balai Pengembangan Penyelidikan Teknologi Kegunungapian melakukan pengkajian dan penggalian (ekskavasi) di Situs Losari, Kecamatan Salam,  Kabupaten Magelang. Purbakala Jawa Tengah, dan Balai Pengembangan Penyelidikan Teknologi Kegunungapian, melakukan pengkajian dan penggalian (ekskavasi) di Situs Losari, Kecamatan Salam,  Kabupaten Magelang. Struktur candi tersebut relatif utuh pada bagian tubuh hingga puncak candi, ditemukan hingga kedalaman lima meter di bawah permukaan tanah. Candi  yang diperkirakan  berasal dari  abad  ke-9 sampai 10  Masehi tersebut, berukuran 2 x 2 m pada bagian bilik candi.  Total ada 4 candi, satu candi induk dan tiga candi perwara.

Para arkeolog dan ahli percandian telah sepakat menyebut lokasi  ditemukan candi ini dengan nama Situs Candi Losari. Dalam penggalian ditemukan Candi Perwara  oleh tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang dipimpin Baskoro Daru Tjahjono dari tanggal 8 -  31 Januari 2007. Menurut Baskoro Daru Tjahjono,  penemuan batu candi yang pertama sampai penggalian sekarang ini sudah kira-kira 80 % batu-batu candi yang berhasil ditemukan, sehingga para ahli purbakala sudah bisa menggambar sketsa bentuk bangunan candi tersebut. kemungkinan candi ini sezaman dengan candi Borobudur.

Mahakala adalah salah satu tokoh dalam mitologi India. Di Jawa, tokoh ini dipahatkan di sebelah pintu masuk candi, bersifat Siwaistik. Tokoh ini dianggap sebagai emanasi atau pancaran Siwa dan dianggap sebagai tokoh penjaga pintu.

Sepanjang dinding candi terdapat hiasan ukiran bermotif, tumbuh-tumbuhan sangat  indah, dan berbentuk sulur-suluran yang ukirannya relatif masih utuh. Ukiran tersebut sangat jelas dan pola goresan pahatannya sangat halus dan berseni tinggi.



Tiga candi perwara berukuran 183 x 183 cm, dasar candi berukuran 250 x 250 cm. Bilik candi berukuran 97 x 97 cm, dan tingginya juga 97 cm. Pada bagian pintu candi lebarnya hanya 49 cm, dan di bagian atas pintu candi terdapat hiasan kepala kala yang mempunyai taring dan berambut gimbal, dengan ukirannya yang masih utuh. Pada  dinding-dinding candi dengan hiasan ukiran bermotif tumbuh-tumbuhan, berbentuk sulur-suluran yang kelihatan  indah, dan ukirannya relatif masih utuh. Tinggi candi ini kira-kira  3 meter, menghadap ke arah barat laut. Batu candi berjenis batu andesit, diperkirakan berasal dari letusan Gunungapi Merapi.

Candi Losari belum bisa dipastikan tergolong Hindu atau Budha. Apabila bercirikan Hindu seharusnya terdapat lingga dan yoni, batu besar, bentuk bangunan kotak dengan mengandung serat, akan tetapi di Candi Losari tidak ditemukan. Seorang Arkeolog dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah juga membandingkan jenis batuan bahan dasar pembangunan Candi Losari dengan Candi Retno (Mungkid), Candi Plaosan, dan Candi Sewu. Jenis batuannya ternyata bahan dasar batuan sungai, berarti Candi Losari kemungkinan dibangun  tahun 800 pada masa Dinasti Syailendra.


Ketua tim penggalian dari Balai Arkeologi Yogyakarta menduga terdapat 3 candi sejenis, tetapi belum bisa diduga letaknya. Apabila Candi Perwara menghadap ke barat, biasanya candi Induk berada di sebelah barat dan menghadap ke timur.  Berdasarkan relief atap dan Kepala Kala, menunjukkan Candi Losari sebagai tempat pemujaan khusus umat Hindu dahulu. Letak candi juga dekat dengan Sungai Krasak, Sungai Mandung, dan Sungai Duren .menurutpenganu Hindu Candi Losari termasuk bangunan suci. 




Referensi Gambar : Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar